This story is provided in two language: Bahasa Indonesia and English. Story in Bahasa is provided First and story in English follows.
Burung Kepala sembilan |
Dahulu
kala, hiduplah seorang raja dan ratu yang mempunyai seorang putri. Suatu hari, sang
putri berjalan mengelilingi kebun, tiba-tiba sebuah badai besar muncul dan
membawa sang putri. Ternyata, badai tersebut datang dari seekor burung
berkepala Sembilan yang. Burung tersebut telah berhasil menculik sang putri dan
menyembunyikannya ke dalam sebuah goa. Sang raja tidak tahu kemana putrinya
menghilng, lantas dia membuat sayembara yang berbunyi “Siapapun yang berhasil
membawa kembali sang putri, maka dia berhak meminangnya.
Seorang pemuda telah melihat seekor
burng berkepala Sembilan telah membawa sang putri ke dalam gua. Gua tersebut,
berada di tengah-tengah tebing yang curam. Tidak ada yang akan mampu untuk
mengapai gua tersebut dari bawah, maupun menggapainya dari atas. Ketika pemuda
tersebut berjalan-jalan di sekitar tebing tersebut, seorang pemuda lainnya
datang dan menanyakan apa yang ia lakukan di sana.
Pemuda itu pun menjawab bahwa burung
berkepala Sembilan telah membawa sang putri, and membawanya masuk ke dalam gua.
Mendengar itu semua, pemuda yang lain itupun memanggil teman-temannya, dan
teman-temannya pun menurukan pemuda tersebut dari atas tebing menggunakan
sebuah keranjang telah diikat dengan tali.
Pemuda itu berhasil mengapai gua,
dan ketika dia masuk ke dalam gua, dia melihat sang putri sedang duduk di dalam
gua dan membasuh luka sang burung kepala Sembilan karena luka gigit dari seekor
anjing surga. Anjing itu telah menggigit kepala ke sepuluh burung tersebut
hingga putus, dan luka bekas gigitannya masih meninggalkan darah yang mengalir.
Melihat
sang pemuda, sang putri pun menyuruh sang pemuda untuk bersembunyi. Pemuda
itupun melakukan apa yang diperintahkan sang putri. Ketika sang putri telah
selesai membasuh dan membalut luka sang burung, sang burung pun merasa sangat
nyaman. Dan satu persatu dari Sembilan kepala burung tersebut pun tertidur.
Melihat sang burung tertidurm sang pemuda pun keluar dari tempat
persembunyiannya dan langsung menebas Sembilan kepala burung tersebut dengan
pedang. Tetapi sang putri berkata “ Lebih baik kau naik keatas terlebih dahulu,
nanti aku menyusul”
Tempat burung kepala sembilan tinggal |
“Tidak”
kata sang pemuda. “Aku akan menunggu disini, memastikan keselamatan sang putri.
Mulanya sang putri tidak mau tetapi akhirya dia pun berhasil terbujuk dan masuk
kedalam basket. Tetapi sebelum masuk kedalam basket, sang putri mengambil
penjepit rambut dari rambutnya dan mematahkannya menjadi dua bagian. Salah satu
bagian ia berikan kepada sang pemuda dan bagian lainnya ia simpan. Dia juga
merobek sapu-tangannya menjadi dua dan memberika salah satu robekan kepada sang
pemuda. Sang putri meminta agar sang pemuda menjaga pemberian darinya. Tetapi
ketika pemuda yang menunggu di atas tebih telah berhasil mengangkat sang putri.
Dia pun langsung pergi dengan sang putri tanpa memerdulikan terikan dan
panggilan dari sang pemuda tadi dari dalam goa.
Pemuda
yang ditinggal di dalam goa pun sekarang bejalan mengelilingi goa. Di sana ia
melihat beberapa gadis, yang telah mati dimakan oleh burung kepala sembilan
atau pun mati karena kelaparan. Dan di dinding gua, ia melihat seekor ikan yang
dipaku dengan empat buah paku. Ketika pemuda itu menyentuh ikan, tiba tiba ikan
tersebut berubah menjadi seorang pemuda tampan yang kemudian mengucapkan banyak
terimakasih dan menganggap pemuda penyelamat tadi sebagai saudaranya.
Tak
lama, pemuda penyelamat tadi merasa kelaparan. Dia mencoba keluar di bibir goa
untuk mencari makanan, tetapi ia tidak menemukan apa-apa kecuali hamparan
bebatuan. Kemudian, dia melihat seekor naga yang sedang menjilati batu. Sang
pemuda penyelamat pun menirukan apa yang sang naga lakukan dan tak lama kemudian
rasa laparnya menghilang. Kemudian dia bertanya kepada sang naga, bagaimana ia
dapat keluar dari dalam gua. Kemudian sang naga menganggukan kepalanya dan
menggerakan ekornya sebagai pertanda bahwa sang pemuda penyelamat itu harus
duduk di ekornya.
Dalam
kejapan mata, sang pemuda telah sampai di daratan dan sang naga pun dengan
cepat menghilang. Sang pemuda penyelamat pun berjalan hngga ia menemukan
cangkang kura-kura yang berisi mutiara. Tetapi itu adalah mutiara ajaib, karena
jika itu dilemparkan ke dalam api, api akan segera padam dan apabila itu dilemparkan ke dalam air, air itu akan membelah dan kita dapat berjalan
melewati belahan air tersebut.
Kemudian
pemuda penyelamat itu mengambil mutiara tersebut dan menaruhnya ke dalam
kantong. Kemudian dia melanjutkan perjalanannya. Tak lama kemudian, dia
menemukan pantai. Dia pun melempar mutiara ke pantai tersebut dan kemudian air
pantai tersebut membelah menjadi dua. Dia pun dapat melihat naga air. Naga air
berteriak
“Siapa
yang berani menganggu ku di kerajaanku sendiri?
“Aku
menemuka mutiara ini di cangkang kura-kura dan melemparkan salah satunya ke
dalam air. Air pun membelah dua” jawab sang pemuda
“Baiklah
kalau begitu kata sang naga, “Datanglah ke dalam laut denganku dan kita dapat
hidup bersama”
Sang pemuda pun menyadari bahwa naga yang sedang berbicara ini
adalah naga yang sama yang ia temui di gua. Dan naga tersebut memeliki anak
yang mana anak tersebut menjadi akrab dengan sang pemuda seolah-olah mereka
bersaudara.
“Karena
kau telah menyelamatkan anakku dari dalam goa dan menjadi kau kini menjadi saudaranya. Sekarang kau ku anggap
anakku” Kata ayah Naga. Kemudian sang nada menghibur sang pemuda dengan makanan
dan wine.
Suatu
hari temannya, sang anak naga, berkata kepadanya “Ayahku pasti ingin memberimu hadiah. Tapi
tolong jangan terima uang ataupun perhiasan darinnya. Mintalah botol labu kecil
di sebelah sana. Dengan botol labu itu kau dapat mewujudkan apapun yang kau
minta.
Gourd Flask| Botol labu |
Di sana, pemuda yang menunggu sang
gadis di atas tebing sedang merencanakan pernikahan dengan sang putri karena
dianggap telah menyelamatkan sang putri. Tetapi sang putri tidak
menghendakinya, dan dia berkata “Dia bukan orang yang tepat. Penyelamat
sesungguku akan datang dan dia membwas potongan jepit rambut dan saputangan ini
sebagai tanda”. Tetapi sang pemuda yang
dibicarakan oleh sang putri tidak kungjung datang. Tertekan dengan desakan
pihak lain, sang raja pun berkata “Pernikahan harus dilaksanakan besok!”. Mendengar
itu, sang putri pun bersedih, dia berjalan di jalanan kota, tetap mencari
keberadaan sang penyelamat sejatinya. Stelah beberapa hari, tiba-tiba dia
melihat tandu memasuki jalanan kota. Di dalam tandu pun dia melihat seorang
pemuda yang memegang potongan jepit rambut dan sapu tangan.
Sang putripun sangat bergembira. Dia pun membawa sang pemuda itu ke hadapan ayahnya dan memperlihatkan potongan
jepit rambut dan saputangan yang dipegang sang pemuda dan mencocokannya dengan
yang ia pegang. Melihat itu semua, sang raja percya bahwa sang pemuda di
hadapannya lah yang telah menyelamatkan sang putri di dalam gua. Akhrinya, sang
raja menghukum sang pemuda sebelumnya yang akan direncanakan untuk menikahi
sang putri. Keesokannya, pernikahan diselenggarakan. Sang putrid an sang pemuda
pun hidup bahagia di hari-harinya.
Catatan:
“Burung berkepala Sembilan adalah cerita rakyat Cina yang diceritakan
turun-temurun. Potongan jepit rambut adalah contoh potongan perhiasan yang
digunakan sebagai tanda pengenal oleh pasangan tersebut (Yang Gui Fe). Ikan
yang terpalu di dalam gua sebenarnya adalah anak dari sang naga. Di Cina, naga
sering disimbolkan sebagai dewa laut. Botol labu kecil sering dianggap jimat
dalam cerita rakyat Cina, dan kekuatan yang melayani sang pemilik botol biasannya
terjebak di dalam botol ini.
The English version story is taken from || Cerita berbahasa inggris disadur dari here!
Long, long ago, there once
lived a king and a queen who had a daughter. One day, when the daughter went
walking in the garden, a tremendous storm suddenly came up and carried her away
with it. Now the storm had come from the bird with nine heads, who had robbed
the princess, and brought her to his cave. The king did not know whither his
daughter had disappeared, so he had proclaimed throughout the land: “Whoever
brings back the princess may have her for his bride!”
Now a youth had seen the bird
as he was carrying the princess to his cave. This cave, though, was in the
middle of a sheer wall of rock. One could not climb up to it from below, nor
could one climb down to it from above. And as the youth was walking around the
rock, another youth came along and asked him what he was doing there. So the
first youth told him that the bird with nine heads had carried off the king’s
daughter, and had brought her up to his cave.
The other chap knew what he
had to do. He called together his friends, and they lowered the youth to the
cave in a basket. And when he went into the cave, he saw the king’s daughter
sitting there, and washing the wound of the bird with nine heads; for the hound
of heaven had bitten off his tenth head, and his wound was still bleeding. The
princess, however, motioned to the youth to hide, and he did so. When the
king’s daughter had washed his wound and bandaged it, the bird with nine heads
felt so comfortable, that one after another, all his nine heads fell asleep. Then
the youth stepped forth from his hiding-place, and cut off his nine heads with
a sword. But the king’s daughter said: “It would be best if you were hauled up
first, and I came after.”
“No,”
said the youth. “I will wait below here, until you are in safety.”
At first the king’s daughter
was not willing; yet at last she allowed herself to be persuaded, and climbed
into the basket. But before she did so, she took a long pin from her hair,
broke it into two halves and gave him one and kept the other. She also divided
her silken kerchief with him, and told him to take good care of both her gifts.
But when the other man had drawn up the king’s daughter, he took her along with
him, and left the youth in the cave, in spite of all his calling and pleading.
The youth now took a walk
about the cave. There he saw a number of maidens, all of whom had been carried
off by the bird with nine heads, and who had perished there of hunger. And on
the wall hung a fish, nailed against it with four nails. When he touched the
fish, the latter turned into a handsome youth, who thanked him for delivering
him, and they agreed to regard each other as brothers. Soon the first youth
grew very hungry.
He stepped out in front of the
cave to search for food, but only stones were lying there. Then, suddenly, he
saw a great dragon, who was licking a stone. The youth imitated him, and before
long his hunger had disappeared. He next asked the dragon how he could get away
from the cave, and the dragon nodded his head in the direction of his tail, as
much as to say he should seat himself upon it. So he climbed up, and in the
twinkling of an eye he was down on the ground, and the dragon had disappeared.
He then went on until he found
a tortoise-shell full of beautiful pearls. But they were magic pearls, for if
you flung them into the fire, the fire ceased to burn and if you flung them
into the water, the water divided and you could walk through the midst of it.
The youth took the pearls out of the tortoise-shell, and put them in his
pocket. Not long after he reached the sea-shore. Here he flung a pearl into the
sea, and at once the waters divided and he could see the sea-dragon.
The
sea-dragon cried: “Who is disturbing me here in my own kingdom?” The youth
answered: “I found pearls in a tortoise-shell, and have flung one into the sea,
and now the waters have divided for me.”
“If
that is the case,” said the dragon, “then come into the sea with me and we will
live there together.” Then the youth recognized him for the same dragon whom he
had seen in the cave. And with him was the youth with whom he had formed a bond
of brotherhood: He was the dragon’s son.
“Since
you have saved my son and become his brother, I am your father,” said the old
dragon. And he entertained him hospitably with food and wine.
One
day his friend said to him: “My father is sure to want to reward you. But
accept no money, nor any jewels from him, but only the little gourd flask over
yonder. With it you can conjure up whatever you wish.”
And,
sure enough, the old dragon asked him what he wanted by way of a reward, and
the youth answered: “I want no money, nor any jewels. All I want is the little
gourd flask over yonder.”
At
first the dragon did not wish to give it up, but at last he did let him have
it, after all. And then the youth left the dragon’s castle.
When he set his foot on dry
land again he felt hungry. At once a table stood before him, covered with a
fine and plenteous meal. He ate and drank. After he had gone on a while, he
felt weary. And there stood an ass, waiting for him, on which he mounted. After
he had ridden for a while, the ass’s gait seemed too uneven, and along came a
wagon, into which he climbed. But the wagon shook him up too, greatly, and he
thought: “If I only had a litter! That would suit me better.” No more had he
thought so, than the litter came along, and he seated himself in it. And the
bearers carried him to the city in which dwelt the king, the queen and their
daughter.
When the other youth had
brought back the king’s daughter, it was decided to hold the wedding. But the
king’s daughter was not willing, and said: “He is not the right man. My
deliverer will come and bring with him half of the long pin for my hair, and
half my silken kerchief as a token.” when the youth did not appear for so long a
time, and the other one pressed the king, the king grew impatient and said:
“The wedding shall take place to-morrow!” Then the king’s daughter went sadly
through the streets of the city, and searched and searched in the hope of
finding her deliverer. And this was on the very day that the litter arrived.
The king’s daughter saw the half of her silken handkerchief in the youth’s
hand, and filled with joy, she led him to her father. There he had to show his
half of the long pin, which fitted the other exactly, and then the king was
convinced that he was the right, true deliverer. The false bridegroom was now
punished, the wedding celebrated, and they lived in peace and happiness till
the end of their days.
Note: “The Bird With Nine
Heads” is a traditionally narrated fairy-tale. The long hair needle is an
example of the halved jewel used as a sign of recognition by lovers (see “Yang
Gui Fe”). The “Fish” in the cave is the dragon’s son, for like East Indian Nagaradjas, the
Chinese dragons are often sea-gods. Gourd flasks often occur as magic talismans
in Chinese fairy-tales, and spirits who serve their owners are often imprisoned
in them.
Comments
Post a Comment